Webinar Suara AGRINA – 1 Julli 2020

Majalah Agribisnis Bulanan AGRINA mengadakan Webinar Suara AGRINA yang mengangkat tema “ Tantangan dan Peluang Bisnis Udang di Era New Normal “ dengan Narasumber, Harry Yuli Susanto – Direktur Supply Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia ( AP5I ) dan Haris Muhtadi – Ketua Divisi Akuakultur GMPT. Dalam webinar ini Harry Yuli menginformasikan dampak pada sektor seafood dengan terjadinya pandemi covid-19. Dijelaskan bahwa covid-19 tidak menginfeksi seafood, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi sektor ini dalam banyak hal, seperti :

  • Pasar seafood sangat bergantung dengan “ Sektor Food Services ” ( hotel, restoran, dan catering ) yang karena pandemi hampir tutup dan berdampak sekitar 70% dalam penjualan.
  • Pasar selain food service sector mengalami peningkatan. Sektor ini termasuk wholesaler / retailers, koperasi konsumen ( khususnya pasar Jepang ), supermarket yang melakukan aktifitas penjualan barang atau jasa langsung kepada konsumen ( end user ).
  • E-commerce / Daring telah mengalami peningkatan significant naik.
  • Konsumen mendapati bahwa product seafood dan olahannya mendukung nutrisi kesehatan serta pembentukan imunitas tubuh.

Terjadinya pandemi covid-19 memberikan dampak pada sektor seafood dimana sektor udang terpukul dari dua faktor yaitu kelebihan produksi untuk rencana pasokan kepada pasar dan terjadinya penurunan harga global.  Awal tahun terdapat penurunan yang cukup besar dalam permintaan dari China, karena pembatasan covid-19 bertepatan dengan Tahun Baru Cina, dan ini menyebabkan produsen udang yang telah menyiapkan produk untuk China mengalihkan produknya terutama ke Amerika Utara dan Eropa. Penurunan permintaan China juga menyebabkan produsen mengalami pukulan besar dalam hal harga pada Januari dan Februari dan ini diperparah oleh koreksi harga kedua pada Maret dan April, ketika permintaan di Uni Eropa dan AS merosot karena masalah dengan covid-19 di wilayah ini. Secara garis besar tatanan kehidupan kedepan belum dapat Kembali normal dalam jangka waktu dekat, masih akan dilakukan social/physical distancing sampai dengan ditemukannya vaksin. Hal ini akan mempengaruhi performa import dan penjualan udang dipasar utama yang berpotensi produk tersebut tidak terjual sebagaimana biasanya sehingga kemungkinan udang akan banyak berada di coldstorage penyimpanan, akibatnya kemungkinan permintaan produk baru tidak akan sekuat biasanya namun masih berpotensi menguat saat musim libur di Uni Eropa sampai Agustus dan di USA sampai bulan September dimana di negara tersebut food service sudah mulai melakukan “ re-strategy “penjualan. Masuk ke era new normal, permintaan yang meningkat adalah seafood mix; frozen/pre-packed products ( ready meal ). Terjadi juga pergeseran tempat pembelian yang saat ini secara online. Trend global untuk permintaan produk udang dimasa new normal adalah ready meal. Menurut Harry Yuli permintaan ready meal pada 2016 permintaan mencapai USD 75 miliar, diperkirakan pada 2023 mencapai USD 145 miliar . Pertumbuhan pertahun hingga 60% ini cukup baik,  potensi pasar dalam negeri untuk produk olahan perikanan frozen amat luas tetapi belum bisa tergarap dengan baik karena kendala dalam transportasi frozen produk karena itu perlu dukungan layanan logistik nasional terutama layanan door to door. Narasumber lainnya, Ketua Divisi Akuakultur GPMT – Haris Muhtadi menjelaskan efek covid-19 di bisnis budidaya udang secara umum sudah kembali pulih. Petambak tetap melakukan produksi udang secara normal atau seperti biasanya. Covid-19 hanya berpengaruh sesaat dan tidak signifikan secara teknik dan finansial. Dijelaskan bahwa sifat bisnis budidaya udang itu mengandalkan budidaya intensif kepadatan tinggi. Dampak covid-19 yang paling terasa di bisnis budidaya udang permintaan international terhadap udang berkurang sehingga mempengaruhi harga di bulaan April – Mei yang mengalami penurunan.

Tinggalkan Balasan