Promosi Peluang Invetasi Usaha Kelautan dan Perikanan – 30 Juni 2022

Dalam upaya mendorong peningkatan investasi sektor kelautan dan perikanan, Direktorat Jenderal Penguatan Daya saing Produk Kelautan dan Perikanan mengadakan Promosi Peluang Invetasi Usaha Kelautan dan Perikanan.  Di tingkat global, konsumsi ikan diproyeksikan meningkat 14,8%. meningkat dari yang sebelumnya 20,5 kg/kapita menjadi 21,2 kg/kapita di tahun 2030. Sebagai benua terpadat dan produsen utama, Asia diproyeksikan akan mengkonsumsi bagian terbesar ( 72% ) dari total produk ikan di tahun 2030. Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan konsumsi diantaranya adalah perluasan produksi ikan, inovasi produk, rantai distribusi yang semakin baik, peningkatan kesadaran masyarakat atas bernutrisi dan sehatnya produk perikanan sebagai makanan. Meskipun sempat mengalami kontraksi pada 2019 ( -1,4% ) dan 2020 ( -2,5% ), perdagangan ikan dunia ( untuk konsumsi manusia ) diproyeksikan kembali meningkat, dengan laju 0,7%/tahun. Negara-negara Asia akan terus menjadi pengekspor utama ikan pangan. Asia dan Eropa akan tetap menjadi importir utama, menyumbang 38% dan 27% dari seluruh impor pada tahun 2030. Selama 10 tahun terakhir, konsumsi ikan per kapita Indonesia secara konsisten terus berkembang dengan rata-rata pertumbuhan 5,6%/tahun. Konsumsi per kapita terbesar terdapat pada wilayah timur Indonesia seperti Sulawesi, Maluku, dan Papua dengan rata-rata konsumsi mencapai 61,2 kg/kapita, lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata nasional sebesar 45,5 kg/kapita. Kinerja realisasi investasi sektor Perikanan Periode 2012-2021, meskipun merupakan kontributor terkecil dalam struktur realisasi investasi selama 10 tahun terakhir, sektor perikanan menunjukkan pertumbuhan positif walaupun dengan trend yang sangat fluktuatif. Sejak 2012 – 2019, Penanaman Modal Asing ( PMA ) mendominasi sektor perikanan dengan rata-rata kontribusi mencapai 78,2% sedangkan Penanaman Modal Dalam Negeri ( PMDN ) hanya sebesar 21,8%. Namun sejak dua tahun terakhir, kontribusi PMDN semakin meningkat dengan kontribusi tahun 2020 sebesar 44,9% dan tahun 2021 sebesar 80,2%. Provinsi tujuan investasi PMA terbesar adalah Maluku ( 28,4% ), Lampung ( 15,1% ), dan Sulawesi Utara ( 14,5% ). Sedangkan tujuan investasi PMDN terbesar adalah provinsi NTB ( 16,9% ), Papua Barat ( 12,1% ), dan Kalimantan Barat ( 11,4% ). Pada periode 2012 sampai Tri Wulan pertama tahun 2022, PMA sektor perikanan di Indonesia banyak berasal dari British Virgin Island ( 18,3% ), RR Tiongkok ( 17,6% ), dan Hongkong ( 11,7% ). Dukungan insentif yang ditawarkan pada sektor perikanan seperti Tax Allowance ( TA ) dan Investment Allowance ( IA ) Pengurangan Penghasilan sebelum PPh Badan sebesar 30%-TA ( atau 60%-IA untuk industri padat karya ) dari nilai investasi selama 6 tahun untuk investasi di bidang usaha dan/atau daerah tertentu. Super Tax Deduction untuk Litbang dan Penyelenggaraan Vokasi Pengurangan Penghasilan bruto hingga 300% dari jumlah biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan litbang tertentu dan Pengurangan hingga 200% untuk total biaya yang dikeluarkan untuk menyelenggarakan kegiatan praktik kerja, pemagangan, dan/atau pembelajaran berbasis kompetensi tertentu. Pembebasan Bea Masuk ( Master List ) Insentif pembebasan bea masuk untuk impor mesin serta barang dan bahan bagi industri dan industri jasa. Fasilitas di KEK Tax Holiday untuk Kegiatan Utama, Tax Allowance untuk Kegiatan Lainnya, bagi investor yang berinvestasi di KEK ( Fasilitas Bea Masuk, Cukai dan PDRI tidak melalui OSS ).

Tinggalkan Balasan