Rapat Penyiapan Posisi dan Bahan Diplomasi serta Langkah Strategis terhadap tarif Resiprokal AS di sektor perikanan – 8 April 2025
Melanjutkan pertemuan tanggal 6 April 2025, Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan mengadakan Rapat Penyiapan Posisi dan Bahan Diplomasi serta Langkah Strategis terhadap tarif Resiprokal AS di sektor perikanan. Seperti yang sudah diinfokan, total Ekspor Impor Neraca produk perikanan AS dengan Indonesia pada periode 2020-2024, rata-rata total nilai impor produk perikanan AS dari Indonesia mencapai USD 2,35 Miliar, sedangkan rata-rata total nilai ekspor AS ke Indonesia USD 0,04 Miliar, sehingga AS mengalami rata-rata Defisit Neraca Perdagangan produk perikanan dengan Indonesia sebesar USD 2,31 Miliar; Pada periode 2020-2024, rata-rata pertumbuhan total nilai impor produk perikanan AS dari Indonesia mengalami penurunan 0,21% per tahun, rata-rata pertumbuhan total nilai ekspor AS ke Indonesia naik 9,62% per tahun, sedangkan rata-rata pertumbuhan neraca perdagangannya mengalami kenaikan sebesar 0,29% per tahun; Komoditas impor utama produk perikanan AS dari Indonesia, antara lain: Udang, Rajungan-Kepiting, Tuna-Cakalang, Tilapia, dan Cumi-Sotong-Gurita. Komoditas ekspor utama produk perikanan AS ke Indonesia antara lain: Cod, Udang, Rajungan, Alaska Pollack, dan Salmon-Trout. Udang merupakan produk impor perikanan utama ke-2 AS, Pada tahun 2024 impor udang AS mencapai 763 ribu ton dengan nilai USD 6,33 Milyar; Jumlah produksi udang dalam negeri AS sebesar 138 ribu ton ( FAO, 2022 ), sehingga AS sangat tergantung pada udang impor dan diperkirakan akan tetap mengimpor udang, walaupun kemungkinan jumlahnya akan mengalami penurunan; Negara pemasok utama udang ke AS ( 2024 ) adalah: India 295 ribu ton ( 38,6% ), nilai USD 2,36 M ( 37,3% ), Ekuador 187 ribu ton ( 24,5% ), nilai USD 1,33 M ( 21,1% ), Indonesia 135 ribu ton ( 17,7% ), nilai USD 1,08 M ( 17,1% ), Vietnam 69 ribu ton ( 9,1% ), nilai USD 0,72 M ( 11,4% ), Thailand 28 ribu ton ( 3,7% ) nilai USD 0,31 M ( 4,9% ). Ketua Dewas AP5I – Harry Lukmito dalam pertemuan ini mengingatkan kembali melalui KKP untuk cepat melakukan negosiasi dengan pihak AS melalui Team Negosiasi Indonesia karena dampak kebijakan ini sangat terasa karena sekitar 70% ekspor udang Indonesia selama ini ditujukan ke pasar Amerika Serikat. Sementara 90% produksi udang nasional memang ditujukan untuk ekspor. Sisanya tersebar ke pasar lokal, Tiongkok, Eropa, dan negara-negara lain. Pentingnya mempertahankan pasar Amerika karena menemukan pasar pengganti tidak semudah membalikkan telapak tangan dan tentunya memakan waktu yang tidak sebentar. Standar Amerika itu sangat spesifik dan packers udang di Indonesia sudah menyesuaikan, kalau melakukan diversifikasi ke negara lain, misalnya China atau Eropa, maka packers udang di Indonesia harus adaptasi lagi, dan itu tidak mudah.