News

Forum Gambir Trade Talk – 21 Juni 2023

Perkembangan perdagangan luar negeri Indonesia terus menunjukan kinerja yang semakin baik dengan kembali memperpanjang rekor surplus berturut-turut selama 36 bulan sejak Mei 2020 hingga April 2023. Namun demikian, kinerja eskpor yang positif tersebut belum dapat memberikan manfaat yang optimal bagi perekonomian Indonesia. Untuk itu, kebijakan dan strategi yang tepat dari pemerintah dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan terkait baik Kementerian/Lembaga ( K/L ) maupun pihak swasta diperlukan untuk mengotimalkan alur pemanfaatan devisa hasil ekspor. Terkait hal tersebut, Badan Kebijakan Perdagangan ( BK Perdag ) Kementerian Perdagangan melakukan forum diskusi sebagai strategi terhadap isu ini melalui forum Gambir Trade Talk#10 yang mengusung tema “ Pengaruh Devisa Hasil Ekspor Terhadap Pergerakan Rupiah “. Dalam sambutannya Kepala Badan Kebijakan Perdagangan Kemendag – Kasan mengatakan bahwa devisa hasil ekspor berperan sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk mewujudkan cita-cita menjadi negara maju pada 2045. Peran devisa dari hasil ekspor dalam pertumbuhan ekonomi itu menjadi salah satu sektor penggeraknya menuju cita-cita Indonesia menjadi negara maju di tahun 2045, 100 tahun merdeka. Untuk menjadi negara maju, salah satu indikatornya ialah pendapatan per kapita. Cita-citanya ingin menjadi negara maju, salah satu indikatornya adalah di bidang ekonomi, yaitu pendapatan per kapita. Untuk menjadi negara maju, pendapatan per kapita Indonesia yang harus dicapai minimal 23.000 dolar AS. Saat ini, pendapatan per kapita Indonesia baru sekitar 4.000 dolar AS.  Ia pun mengungkapkan bahwa devisa hasil ekspor hingga Mei 2023 masih surplus di angka 16 miliar dolar AS. Fakta dan data yang ada saat ini devisa hasil ekspor sampai Mei masih surplus selisih angkanya sekitar 16 miliar dolar AS. Jika berkaca pada sejarah ekonomi negara-negara maju, dibutuhkan lebih dari 100 tahun setelah merdeka untuk menjadi negara maju.

Tinggalkan Balasan