Rapat koordinasi Pemenuhan Kebutuhan Container Berpendingin – 7 Juni 2021

Dalam rangka penguatan hilirisasi industri perikanan melalui upaya peningkatan komoditi ekspor dan pemenuhan kebutuhan container berpendingin ( reefer container ) bagi produk perikanan, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi mengadakan Rapat koordinasi untuk berdiskusi dan menindaklanjuti pemenuhan kebutuhan container berpendingin. Rapat koordinasi dipimpin oleh Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim – Safri Burhanudin. Problem yang terjadi di hulu ( catching area ) seperti tidak tersedianya ( mahalnya ) es di area penangkapan terutama di pulau-pulau kecil di Indonesia bagian Timur sehingga mengakibatkan hasil tangkapan mengalami penurunan mutu. Sulitnya transportasi berpendingin dari area penangkapan ke area miniplant dimana ikan-ikan hasil tangkapan tersebut akan diproses lebih lanjut. Mahalnya transportasi dari miniplant ke processing plant mengakibatkan harga ikan menjadi mahal. Dari permasalahan yang terjadi dilapangan, kedepannya perlu dibangun jalur distribusi produk frozen food  dengan menyediakan alat transport ( kereta, truck dan kapal )  yang  mempunyai sarana penyimpanan produk beku ( reefer container, cold storage mini/portable ) yang bisa digunakan untuk menerima layanan pengiriman dalam jumlah sedikit. Perlu juga disediakan cold storage/reefer container di port yang bisa digunakan untuk penyimpanan sementara. Reefer container adalah container yang dilengkapi dengan system refrijerasi ( refrigerated container ) untuk mengawetkan atau menjaga temperature atau suhu komoditi yang ada di dalamnya. Reefer menggunakan power supply diesel atau genset agar suhu cargo didalam petikemas reefer bisa tetap terjaga dengan baik sehingga barang tersebut terjamin secara kualitasnya. Saat ini PT. Industri Kereta Api ( Persero ) – INKA sudah memiliki kesiapan untuk penyediaan reefer container. Tantangan yang dihadapi oleh INKA dalam penyediaan pemenuhan kebutuhan refeer container untuk produk perikanan terkait mengenai belum optimalnya armada yang termanfaatkan, teknologi yang digunakan masih bersifat konvensional. Regulasi standar mutu negara tujuan berbeda dengan yang berlaku di Indonesia. Rantai pasok  yang Panjang dan kompleks terutama terkait dengan perishable goods ( cold chain logistic ), dan tentunya infratruktur yang masih kurang memadai. Untuk mendukung prospek Industri pembuatan reefer container
di Indonesia, pihak INKA harus menjalin hubungan erat dengan shipping line internasional. Sedangkan Untuk memenuhi kebutuhan lokal, secara hitungan ekonomis harus bisa bersaing dengan container impor second. Peluang lainnya yang bisa di manfaatkan INKA adalah membuat alat penyimpanan berpendingin yang berukuran lebih kecil dari container  yang bisa moveable untuk mendukung pengiriman door to door produk frozen.

Tinggalkan Balasan