Forum Udang Indonesia ( FUI ) – 10 Januari 2021

Forum Udang Indonesia ( FUI ) optimistis program pemerintah untuk meningkatkan nilai ekspor udang sebesar 250% pada 2024 bisa dicapai. Ketua Forum Udang Indonesia – Budhi Wibowo yang juga Ketua Umum AP5I mengatakan, keyakinan tersebut setelah dilakukan berbagai perhitungan yang telah dilakukan FUI terhadap kondisi pertumbuhan udang Indonesia. Pada tahun 2019, nilai ekspor udang sebesar USD 1,7 miliar dengan harga rata-rata udang sebesar USD 8,2 per kg. Dengan target peningkatan nilai ekspor sebesar 250%, maka di 2024 ekspor udang ditargetkan mencapai USD 4,25 miliar atau dibutuhkan target pertumbuhan konstan tahunan sebesar 19,8%. Untuk mencapai angka yang sangat tinggi ini ada 2 hal yang bisa dilakukan yakni peningkatan value ekspor udang dan peningkatan produksinya. Sementara itu pertumbuhan ekspor udang pada 2020 menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Berdasarkan data KKP, hingga November 2020 ekspor udang sudah mencapai USD 1,86 miliar, sehingga diperkirakan nilai ekspor udang di 2020 bisa meningkat 20%, tentunya hal ini sesuai dengan target pertumbuhan konstan tersebut. Bahkan hal lain yang sangat menggembirakan, untuk produk olahan udang itu naiknya sampai 40%. Ini kenaikan yang sangat menggembirakan dan menyebabkan FUI sangat bersemangat dan mengatakan target  peningkatan ekspor 2,5 kali lipat itu bisa dicapai. Mengutip data impor produk udang dari Amerika, salah satu tujuan ekspor terbesar Indonesia, data tersebut menunjukkan hingga November 2020 ekspor Indonesia ke Amerika untuk cooked stream meningkat 37,3% sementara untuk breaded stream meningkat sekitar 108%. Lebih lanjut, harga rata-rata udang Indonesia sudah meningkat sekitar 5%, menjadi USD 8,6 per kg. Sehingga bila harga rata-rata yang meningkat secara konstan sebesar 5%, yakni dengan memperbanyak produk bernilai tambah, maka harga rata-rata udang di tahun 2024 diperkirakan akan mencapai USD 10,5 per kg. Tak hanya dari sisi kenaikan nilai ekspor, target peningkatan ekspor 250% di 2024 pun bisa dicapai dengan adanya peningkatan volume ekspor sebesar 14,3% per tahunnya. Hal ini mengingat volume ekspor udang di 2019 sekitar 207.000 ton, dengan begitu  target ekspor udang di 2024 sekitar 405.000 ton. Saat ini sebagian besar udang yang diekspor adalah udang budidaya.  Pada tahun 2019 ekspor udang budidaya sekitar 175.000 ton, maka pada 2024 ekspor udang budidaya sekitar 345.000 ton. Pertumbuhan volume ekspor udang di 2020 menunjukkan pertumbuhan yang baik. Diperkirakan,volume ekspor udang tahun 2020 akan meningkat 15% artinya sudah sesuai atau naik sedikit di atas target. Diharapkan akan ada peningkatan pada pertumbuhan tambak udang dan produktivitas, dimana pada 2024 diproyeksi tambah insentif akan meningkat menjadi 7.000 ha dan produktivitas menjadi 40 ton per ha per tahun sehingga produksi mencapai 280.000 ton. Tambak semi insentif diproyeksi akan meningkat menjadi 30.000 ha dengan produktivitas 8 ton per ha per tahun sehingga produksi mencapai 240.000 ton, dan tambak tradisional akan meningkat menjadi 286.000 ha dengan produktivitas 0,8 ton sehingga produksi mencapai 228.800 ton. FUI juga berharap nanti akan ada peningkatan produktivitas. Sehingga total pada 2024, diharapkan produksi udang budidaya kita meningkat menjadi sekitar 750.000 ton. Sekretaris Jenderal FUI – Coco Kokarkin mengatakan FUI sudah menghasilkan 6 rekomendasi terkait permasalahan utama perudangan di Indonesia. Berbagai rekomendasi tersebut seperti dilakukan pengaturan tata ruang berbasis perizinan, penyederhanaan perizinan baik di pusat dan daerah dan adanya kesamaan peraturan pelaksanaan di daerah. Rekomendasi berikutnya pemerintah pusat dan daerah perlu memprioritaskan penganggaran APBN dan APBD untuk pengembangan infrsatruktur budidaa pda sentra-sentra budidaya udang. Untuk target produksi udang, FUI juga merekomendasikan agar pemerintah mengutamakan program revitalisasi tambak tradisional atau meningkatkan teknologi tradisional menjadi semi intensif. Perlu dilakukan peningkatan produktivitas semua jenis tambak dengan benur unggul, perbaikan teknologi budidaya, perbaikan irigasi, penanggulangan penyakit. Rekomendasi berikutnya,  Pemerintah diharapkan memperhatikan aspek lingkungan, keamanan pangan dan keberlanjutan usaha budidaya udang. Karenanya, perlu adanya peraturan yang mewajibkan penerapan SOP budidaya udang yang berkelanjutan pada masing-masing tingkat teknologi budidaya, juga mempermudah fasilitas pembudidaya udang agar tersertifikasi. Nilai produk olahan udang yang diekspor juga harus ditingkatkan terutama produk ready to cooked dan ready to eat. Karenanya, pemerintah harus bekerja sama dengan pemangku kepentingan untuk mengembangkan Branding Indonesia Shrimps dan mengembangan pasar ekspor. Rekomendasi keenam, pemerintah diminta untuk mendorong Bank Indonesia , OJK dan lembaga keuangan lainnya agar menurunkan tingkat resiko usaha budidaya udang,sehingga aset produktif tambak udang bisa dianggap sebagai agunan sehingga para petambak bisa mendapatkan dukungan pembiayaan dari lembaga keuangan. Pemerintah juga perlu untuk memberikan kredit berbunga murah kepada petambak rakyat kecil.

Tinggalkan Balasan