Silahturahmi dan Apresiasi Masyarakat Kelautan dan Perikanan Dalam Rangka Bulan Bakti Kelautan dan Perikanan Tahun 2024 – 26 September 2024
Kementerian Kelautan dan Perikanan mengadakan acara Silahturahmi dan Apresiasi Masyarakat Kelautan dan Perikanan Dalam Rangka Bulan Bakti Kelautan dan Perikanan Tahun 2024 untuk semakin menyatukan Masyarakat perikanan dari hulu ke hilir. Menteri Kelautan dan Perikanan – Sakti Wahyu Trenggono berharap pelaksanaan program Ekonomi Biru terus dilanjutkan sebagai road map tata kelola kelautan dan perikanan nasional. Lima program Ekonomi Biru, diharapkan bisa terus dilanjutkan. Program ekonomi biru mencakup perluasan kawasan konservasi laut, penangkapan ikan terukur berbasis kuota, pembangunan budidaya berkelanjutan di pesisir, darat, dan laut, pengendalian dan pengawasan pesisir dan pulau-pulau kecil, serta pembersihan sampah plastik di laut melalui gerakan partisipasi nelayan Bulan Cinta Laut. Menteri Kelautan dan Perikanan optimis program ekonomi biru dapat menjadi solusi sejumlah tantangan yang dihadapi saat ini, seperti ancaman krisis pangan, pemanasan global, hingga pemerataan pertumbuhan ekonomi. Program ekonomi biru yang sudah berjalan di antaranya modeling budidaya udang, rumput laut, serta nila salin. Disusul modeling Kampung Nelayan Modern, modeling penangkapan ikan terukur, pelaksanaan program BCL, pembangunan Ocean Accounting dan Ocean Big Data, hingga penataan pemanfaatan ruang laut, pesisir dan pulau-pulau kecil di sejumlah wilayah. Potensi pasar perikanan internasional pada 2023 mencapai 269,3 miliar dolar AS, namun demikian hingga kini Indonesia belum mampu masuk ke lima besar pasar perikanan dunia. Dengan potensi pasar yang terbuka lebar itu, Indonesia masih memiliki pekerjaan besar agar mampu menembus lima besar eksportir produk kelautan dan perikanan dunia pada 2023 yang didominasi Tiongkok dengan nilai 20,68 miliar dolar AS atau pangsa asar 11,18 persen; Norwegia dengan nilai ekspor 16,05 miliar dolar AS atau pangsa pasar 8,68 persen; Ekuador 9,04 miliar dolar AS atau 4,89 persen; Chili 8,89 miliar dolar AS atau 4,81 persen; Vietnam sebesar 8,39 miliar dolar AS atau 4,54 persen serta Indonesia masih tertinggal di urutan ke-13 dengan nilai ekspor mencapai 5,63 miliar dolar AS dengan pangsa pasar 3,03 persen. Rata-rata produksi perikanan Indonesia sejak 2021 ke atas mencapai 5,5 hingga 5,4 juta dolar AS. Untuk menggenjot produksi perikanan tersebut, diakuinya masih terdapat tantangan infrastruktur. Karenanya, KKP menghadirkan roadmap untuk meningkatkan penyerapan produk kelautan perikanan untuk memenuhi kebutuhan protein yang diprediksi FAO meningkat 70 persen pada 2050, hal ini seiring dengan pertumbuhan penduduk yang juga diprediksi mengalami peningkatan signifikan. Lebih jauh trend perikanan dunia tak lagi selalu berburu atau menangkap ikan di lautan namun kini cenderung beralih ke subsektor perikanan budi daya. Program ekonomi biru dapat menjadi solusi sejumlah tantangan yang dihadapi saat ini, seperti ancaman krisis pangan, pemanasan global, hingga pemerataan pertumbuhan ekonomi. Sementara itu, Dirjen Perikanan Tangkap – Lotharia Latif mengatakan kegiatan silaturahmi nelayan nasional dan apresiasi masyarakat kelautan dan perikanan ini dilakukan untuk memperliat sinergi dan kolaborasi antar pemangku kepentingan. Pada kegiatan itu juga dibacakan ikrar pemangku kepentingan sektor kelautan dan perikanan yang dibacakan oleh perwakilan nelayan dari seluruh Indonesia. Selain itu juga penyerahan simbolis bantuan untuk nelayan terdampak bencana alam, penyerahan apresiasi mayarakat kelautan dan perikanan yang telah memberikan kontribusi pada program ekonomi biru serta penghargaan Adibakti Mina Bahari. Dalam acara ini anggota AP5I, PT. Bumi Menara Internusa mendapatkan Penghargaan untuk kategori UPI Skala Besar dan Ekspor, Diversifikasi Produk Konsumsi dan Pengolahan Zero Waste.